Sabtu, 29 Desember 2012

Diplomasi dan negosiasi

Retno Sawitri (0911240081) –Diplomacy and Negotiation-
Banyak sekali pendekatan teoritis antara diplomasi dan politik domestic. Ada yang disebabkan oleh keadaan domestic dan megakibatkan efek internasional (wajah kedua)atau disebabkan oleh internasional dan mengakibatkan efek pada domestic (kebalikan wajah kedua) yang akan menggambarkan “keseimbangan sebagian” analisis bagaimana politik domestic di beberapa Negara menjadi benang kusut melalui negosiasi internasional. Intinya disini adalah kepentinagn internasional dan kepentinagn domestic saling mempengaruhi satu sama lain. Kita tidak bisa memisahkan salah satunya seakan tidak ada hubungan.
Birokratik politik sekelompok dari politik luar negeri analisis yang memprakasai perlawanan lain dalam masalah hubungan domestic – internasional. Lebih terkini, kerja paling canggih dalam hal yang paling menentukan di domestic pada politik luar negeri yang focus pada factor structural, terutama sekali pada “kekuatan Negara”. Bagaimanapun pengidentifikasian mereka pada “kekuatan Negara” sebagai variabel kunci kepentingan sekelompok orang. Ada yang menganut “ Negara sentries” yang menunjukan model actor tunggal. Faktanya dalam semua isu penting pasti ada “ pusat pengambilan keputusan” yang tidak setuju mengenai apa kepentingan nasional dan tuntutan dalam konteks internasional.
Dalam level internasional, grup domestic menuntut kepentingan mereka dengan menekan Pemerintah untuk mengadopsi politik yang menguntungkan dan politikus melihat kekuatan dari koalisi antara grup. Dalam level internasional, pemerintah nasional memaksimalkan kemampuan mereka untuk menekan domestic, sementara meminimalkan konsekuensi kerugian dari perkembangan luar negeri.
            Negotiator menyatakan dua tahap untuk mencapai persetujuan dua belah pihak yaitu :(1)tawar menawar antara negotiator yang condong kea rah persetujuan sementara : disebut level 1;(2) memisahkan diskusi tiap grup dari konstituen tentang apa yang harus diratifikasi, ini level kedua.dari kedua ini kita bisa mendefinisikan sebagai “win set. Singkatnya, penyimpangan penting : kemungkinan kesalahan ratifikasi menyarankan bahwa analisis permainan teoritical seharusnya membedakan antara voluntary defection dan involuntary defection. Voluntary defection mengingkari rasional egois dalam kekosongan kontrak yang dilaksanakan contohnya dilemma psioner. Involuntary defection merefleksikan tingkah lakunya dalam agen yang tidak dapat menepati janji karena kesalahan ratifikasi. Prospek kerjasama internasional dalam anarki , “self help” dunia biasanya mengatakan jadi miskin karena tidak diduga, pembuat keputusan umumnya memiliki dorongan untuk curang. Pembuat keputusan berpotensi melakukan kecurangan karena yang terpenting adalah keinginannya tercapai.
Ada tiga factor yang mempengaruhi win set: (1) ukuran kemenangan tergantung pada distribusi kekuatan , kesukaan dan kemungkinan koalisi antara Konstituen Level II;(2)Ukuran kemenangan tergantung pada institusi politik di level II; (3)ukuran kemenangan tergantung pada strategi negotiator di level II. Memang setiap ada perundingan yang menang selalu yang dapat suara banyak dan dukungan banyak, hal ini berarti kekuatan memang mendominasi.
Berbicara formal, permintaan analisis permainan teoritis pada isu struktur dan balas dendam demi kemajuan. Kepala negotiator tidak memiliki pandangan politik mandiri, tetapi bertingkah sebagai orang jujur atau agen yang bertingkah laku dalam konstituennya. Motivasi mereka melakukan ini adalah: (1) mempertinggi Level II dengan memperbesar sumber daya politiknya atau meminimalisir kehilangan potensinya;(2) pergeseran keseimbangn kekuatan pada level II menuju politik domestic bahwa dia lebih suka alas an exogenous;(3) untuk mengejar konsep miliknya dari kepentingan national dalam konten international.
Kesimpulannya adalah isu kontras antara kepentingan domestic adalah homogeny sesederhana elang melawan merpati dan isu dimana kepentingan domestic lebih heterogen jadi perpecahan domestic benar – benar mengganggu kerjasama internasional, perlunya menggunakan win set untuk melakukan persetujuan antar negotiator, kepentingan bercabang antara pemimpin nasional dan tingkah lakunya dalam bernegosiasi dan terutama sekali,implikasi internasional menetapkan dirinya dalam politik domestic, pentingnya membedakan antara sengaja dan pembelotan tidak sengaja dari persetujuan internasional.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mengenai Saya

Foto saya
International Relations University of Brawijaya Malang

Blogroll