Minggu, 30 Desember 2012

hubungan bilateral As - Rusia

Interaksi yang dijalin oleh Amerika Serikat (AS) dan Rusia pasca perang dingin merupakan sebuah interaksi yang didasarkan kepada kerja sama, karena pasca kekalahnnya dalam perang dingin, internal Rusia mengalami kondisi politik yang tidak stabil dan terdapat ketidakpastian. Sedangkan AS sebagai pemenang perang perlu merumuskan kebijakan yang mampu memberikan pengaruh kepada internal kepemimpinan politik di Rusia. Interaksi yang terjalin menjadi sebuah kemampuan kedua belah pihak untuk mencegah krisis yang serius dalam hubungan bilateral, meskipun selalu terdapat potensi bahaya dan risiko yang mengancam hubungan kedua negara. Sehingga, hubungan AS – Rusia dapat kita katakan dinamis, karena masih terdapat konflik-konflik baru yang melibatkan intervensi dari kedua negara, konflik yang ada menjadi instrumen bagi kedua negara ini untuk mempertahankan posisinya, namun dalam beberapa aspek lainnya, AS – Rusia juga menjalin kerja sama.
Dalam beberapa dekade tahun terakhir ini, hubungan AS-Rusia mereka disibukkan oleh permasalahan internasional masing-masing. Rusia disibukkan oleh hubungannya dengan negara-negara CIS dan AS fokus pada permasalahan yang berada di tempat-tempat seperti Bosnia, Timur Tengah dan China, kedua negara memiliki agenda kebijakan luar negeri yang berbeda.[1] Dalam National Security Strategy (NSS) AS, dijelaskan juga mengenai kemajuan perdamaian, keamanan, dan peluang AS untuk menjalin interkasi dengan negara-negara di Timur Tengah. AS memiliki kepentingan di timur tengah dengan menjalin  hubungan kerja sama dengan negara-negara Israel, Arab Saudi yang menjadi mitra utamanya. Selain itu adanya invasi AS ke Iraq juga menjadi fokus penting AS dalam menciptakan imagenya di dunia internasional. Bahkan adanya revolusi di timur tengah saat ini menjadi salah satu fokus bagi AS untuk ikut intervensi dalam penyelesaian permasalahan timur. Di dalam NSS juga terdapat aspek yang fokus dalam permasalahan mengenai pembongkaran dan penentangan terhadap Al-Qaeda dan Afiliasi Ekstrimis di Afghanistan, Pakistan, dan Dunia.
Namun, hubungan keduanya juga tidak bisa dikatakan vacum, karena mulai ada kecenderungan bahwa kedua negara saat ini memulai sebuah fase yang kita namakan  new cold war. New Cold War termasuk cerminan dinamika hubungan AS dan Rusia saat ini. New Cold War dapat kita temui dalam konflik yang terjadi di Ossetia Selatan dan Georgia.
Konflik di kawasan Kaukasus melibatkan dua negara pecahan Uni Soviet, Rusia dan Georgia, menyusul invansi yang dilakukan Georgia atas kota-kota di wilayah konflik Ossetia Selatan.[2] Konflik yang terjadi di Ossetia selatan ini berawal dari adanya sebuah provinsi di Georgia yang bernama Ossetia Selatan yang berusaha memisahkan diri dari Negara Georgia, kemudian Ossetia Selatan mendapatkan kemerdekaan efektifnya yang diperoleh melalui perang tahun 1991-1992. Ketegangan di Ossetia Selatan ternyata mendapatkan intervensi dari dua negara superpower yaitu AS dan Rusia. Dua negara tersebut ingin memberikan pengaruhnya di kawasan yang memiliki kekayaan sumber daya alam gas tersebut. Peran AS yang secara sembunyi-sembunyi terbuka, mendukung kebijakan Georgia di bawah pemerintahan Presiden Mikhail Saakashvili.[3] Pada tanggal 7 Agustus tahun 2008 Pasukan Georgia menyerbu kota-kota Ossetia Selatan seperti : Tsinagarsk, Zaursk, Dmenisi, Gromi, Hetaguruvo. Aksi ini kemudian memprovokasi Moskow untuk mengirim kekuatan militernya guna membantu pasukan perdamaian dan mencegah meluasnya konflik di wilayah Ossetia Selatan. Konflik-konflik yang terjadi di kawasan bekas wilayah Uni Soviet ini disebabkan oleh melemahnya peran CIS dan adanya perluasan NATO ke timur.
Dari adanya kegiatan-kegiatan AS dan NATO di kawasan Kaukasus tersebut, membuat hubungan kedua negara kembali pada titik yang hampir sama dengan kondisi perang dingin. Namun, AS melalui National Security Strategy-nya saat ini mencerminkan adanya fokus yang berbeda, dimana Rusia kemudian tidak lagi menjadi fokus utama bagi AS, walaupun fakta di lapangan menunjukkan bahwa AS dan Rusia sedang terlibat konflik secara tidak langsung di kawasan Kaukasus. Sedangkan Rusia menandai aktivasi AS dan NATO terhadap negara-negara di kawasan Kaukasus dengan pola-pola : menawarkan bantuan kemanusiaan/misi perdamaian, tukar menukar informasi dalam bidang persenjataan konvensional, berusaha masuk ke dalam sistem pertahanan udara nasional (PVO) dan pengendalian lalu lintas udara dengan standar NATO.[4]
Kerjasama Amerika Serikat dan Uni Soviet melalui START (Strategic Arms Reduction Treaty)
Masa Perang Dingin (1947-1991) telah menjadi arena kompetisi bagi Uni Soviet dan Amerika Serikat untuk menjadi penguasa. Salah satu tindakan dalam pencapaian tujuan tersebut dengan melakukan produksi senjata nuklir secara besar-besaran yang menuju perlombaan senjata (Arm Race) antara kedua Negara. Perlombaan senjata pada saat itu memunculkan ketegangan yang dapat mengancam kedamaian internasional. Melihat fenomena tersebut, maka dilakukan perjanjian pengurangan persenjataan strategis (START) yang dilakukan kedua negara adidaya saat itu yaitu Amerika Serikat dan Uni Soviet pada tahun 1982. Perjanjian tersebut menyetujui bahwa kedua negara itu memusnahkan persenjataan nuklir yang dapat mencapai sasaran jarak menengah.[5]
Perjanjian START ini mengalami beberapa kali perubahan mulai 1982 hingga sekarang dalam nama serta tujuan yang ingin dicapai seperti yang akan dijelaskan dibawah ini.

1.                               START I
START I merupakan perjanjian bilateral antara Amerika Serikat dan Uni Soviet yang ingin melakukan pengurangan dan pembatasan senjata strategis ofensif. START I diusulkan oleh Presiden Amerika Serikat Ronald Reagan di Jenewa pada 29 Juni 1982. Reagan mengusulkan penurunan dramatis dalam kekuatan strategis yang disebut SALT III pada saat itu. Perjanjian START ini  ditandatangani pada tanggal 31 Juli 1991 oleh George H. W. Bush (AS) dan Mikhail Gorbachev (Rusia) .[6] Sejak runtuhnya Uni Soviet, maka START I  diteruskan oleh empat negara independen yang memiliki senjata nuklir strategis yaitu Rusia, Belarus, Ukraina, dan Kazakhstan. Pada tanggal 23 Mei 1992, Amerika Serikat dan empat negara berkemampuan nuklir ini  menandatangani "Protokol Lisbon," yang membuat semua pihak (lima negara) sepakat dengan perjanjian START. START I mulai berlaku pada 5 Desember 1994 ketika lima negara ini saling bertukar instrumen ratifikasi di Budapest. START I berakhir pada 5 Desember 2009, namun para pihak sepakat untuk memperpanjang perjanjian selama lima tahun atau digantikan dengan kesepakatan pengurangan senjata yang baru. Perjanjian START tidak perlu lama untuk diratifikasi oleh kedua pihak dan  memiliki 19 Pasal didalamnya.
START I mengarah pada pengurangan bersama senjata-senjata strategis sebanyak 6000 hulu ledak nuklir, 1600 Peluru Kendali Balistik Antarbenua (ICBMs), kapal selam yang dapat meluncurkan rudal balistik dan bombers. Kemudian pembatasan  pada ICBM dan SLBM (Peluru Kendali Balistik yang dikendalikan dari laut atau kapal) yang maksimal 4900, pembatasan hingga 1.540 untuk rudal berat (Soviet SS-18), dan 1.100 pada ICBM mobile.
2.                              START II
START II draftnya diajukan mulai dari 1991 hingga 17 Juni 1992 dan baru ditandatangani pada 3 Januari 2003 oleh George H.W. Bush dan Boris Yeltsin di Moscow. Namun START II yang memiliki 8 pasal ini tidaklah berlaku.[7]  Amerika Serikat dan Rusia setuju mengurangi hulu ledak nuklirnya antara 3.000 hingga 3.500 buah dari lebih 10.000 hulu ledak yang dimiliki masing – masing negara. START II melarang pengunaan Multiple Independently Targetable Reentry Vehicle (MIRVs) pada Intercontinental Ballistic Missile (ICBM). ICBM berdasarkan MIRV dianggap dapat mendestabilisasi karena dapat menghancurkan sasaran pada serangan pertama. Hal ini dikarenakan sebuah rudal MIRV mampu membawa banyak hulu ledak dan meluncurkan mereka ke target yang terpisahkan dan dengan demikiam dapat menghancurkan lebih dari satu rudal musuh. perjanjian START II juga menekankan kedua negara untuk mengurangi 1.750 rudal lautnya. Kedua belah pihak juga stuju untuk memusnahkan rudal yang memiliki hulu ledak ganda.
Berdasarkan perjanjian START II, pada tahun 2003, tiga perempathulu ledak nuklir yang di milki Amerika Serikat dan Rusia pada awal 1990-an akan dihancurkan. START II yang membutukan waktu lama untuk diratifikasi. Adanya tarik ulur kepentingan di parlemenmasing-masing negara, terutama Rusia pada saat itu yang ragu untuk meratifikasi. Proses perjanjian ini terhenti di parlemen rendah Rusia (Duma). Setelah tujuh tahun START II pun diratifikasi pada tahun 2000, sebagai langkah yang sama karena sebelumnya Amerika Serikat telah mertifikasi perjanjian tersebut. Akan tetapi START II tidak berlangsung lama karena pada14 Juni 2000 Rusia menarik diri dari START II, dikarenakan Amerika Serikat menarik diri darikesepakatan Anti Ballistic Missile (ABM).[8]

3.                              START III
START III dimulai dengan pembicaraan di Helsinki antara Presiden Bill Clinton dan Presiden Boris Yeltsin tahun 1997. Namun, perundingan gagal dan perjanjian itu tidak pernah ditandatangani. Isi perjanjian tersebut yaitu Amerika Serikat dan Rusia masing-masing akan menggunakan maksimal 2.000 sampai 2.500 hulu ledak nuklir pada peluru balistik antar benua (ICBMs), kapal selam meluncurkan rudal balistik (SLBM), dan pembom berat. [9]Namun, para pejabat Rusia menyatakan bahwa mereka bersedia untuk menandatangani START III jika maksimal 1.500 hulu ledak nuklir. Kemudian proposal Rusia dalam hal ini  untuk mengurangi jumlah maksimal 1.000-1.500 hulu ledak nuklir ditentang oleh Gabungan Kepala Staf AS. Hal ini mengakibatkan START III gagal.
4.                              The Strategic Offensive Reductions Treaty (SORT)
SORT juga dikenal sebagai Perjanjian Moskow dimana merupakan pengurangan perjanjian senjata strategis antara Amerika Serikat dan Rusia yang berlaku dari 1 Juni 2003 sampai 5 Februari 2011 dan digantikan oleh perjanjian New START. Perjanjian ini ditandatangani pada 24 Mei 2002 di Moscow oleh George W. Bush dan Vladimir Putin. Amerika Serikat dan Rusia sepakat untuk mengurangi senjata nuklir strategis mereka hingga 1.700- 2.200 hulu ledak masing – masing negara.[10]
5.                              New START
New START ditandatangani pada tanggal 8 April 2010 di Praha oleh Obama dan Medvedev. Kemudian diratifikasi pada 27 Januari 2011 dan mulai berlaku pada tanggal 5 Februari 2011.[11] [4] [5] Hal ini diperkirakan berlangsung setidaknya sampai 2021. Perjanjian Pengurangan Senjata Strategis Baru (New START) antara Amerika Serikat dan Rusia mulai berlaku untuk masa 10 tahun. Pada perjanjian itu kedua negara akan membatasi jumlah hulu ledak nuklir strategis dari 2.200 menjadi 1.550 buah.[12] Perjanjian ini juga memungkinkan adanya pemantauan jarak jauh dan satelit oleh dan ke negara – negara ini serta adanya inspeksi 18 kali setahun untuk memastikan pembatasan hulu ledak nuklir terwujud.
Perjanjian New Start ini disetujui  oleh senat Amerika Serikat pada 22 Desember 2010 dan ditandatangani Obama pada 2 Febuari 2011. Sedangkan di Rusia parlemen Rusia (Duma) disetujui pada 25 January 2011 dengan rincian vote 350 anggota parlemen mendukung, 96 menolak dan seorang abstein. Kemudian ini ditandatangani Medvedev pada  28 January 2011. Kesepakatan ini mulai berlaku ketika Menteri Luar Negeri Rusia (Sergei Lavrov) dan Menlu Amerika Serikat Hillary Clinton menukar intrumen ratifikasi pada konferensi keamanan di Munich, Jerman pada 5 Febuari 2011.  

Kesimpulan:
Amerika Serikat melakukan hubungan pragmatis dengan Uni Eropa, China dan Rusia. Dalam hubungan AS dengan ketiga negara tersebut, AS dilandasi oleh tujuan National Security Strategies (NSS). Hubungan AS dibentuk dalam pola kerjasama maupun konflik yang bertujuan untuk mencapai kepentingan nasionalnya dan menjadi hegemoni global.



[1] Andrei Kortunov. 1997. Russian – American Relations in the Post – Cold War Environment, Ponars Policy Memo 16, Moscow Public Science Foundation. Diakses tanggal 15 April 2012. http://csis.org/files/media/csis/pubs/pm_0016.pdf
[2] A. Fahrurrodji. 2009. Konflik Ossetia Selatan dan Strategi Keamanan Rusia di Kawasan Kaukasus, Vol. 4No. 2. Diakses tanggal 15 April 2012. http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/42081127.pdf
[3] Ibid
[4] A. Fahrurrodji. 2009. Konflik Ossetia Selatan dan Strategi Keamanan Rusia di Kawasan Kaukasus, Vol. 4No. 2. Diakses tanggal 15 April 2012. http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/42081127.pdf
[5] Mascipul. 2011. Perjanjian- Perjanjian Terkait Teknologi Nuklir. http://www.sentra-edukasi.com/2012/04/perjanjian-perjanjian-terkait-teknologi.html?m=0 diakses pada 4 Mei 2012.
[6] Philipp C. Bleek.2002. U.S-Russia Complete START I Reductions. http://www.armscontrol.org/act/2002_01-02/startjanfeb02, diakses pada 4 Mei 2012.
[7] Daryl Kimball. 2011. Brief Chronology of START II. http://www.armscontrol.org/factsheets/start2chron, diakses pada 4 Mei 2012.
[8] Department of State. 2010. START II Treaty. http://www.state.gov/www/global /arms/starthtm/start2/st2intal.html, diakses pada 4 Mei 2012.
[9] Eugene Miasnikov. 2000. START III: Opportunities and Consequences for Nuclear Disarmament. http://www.armscontrol.ru/start/publications/em0509.htm, diakses pada 4 Mei 2012.
[10] Daryl Kimball. 2011. The Strategic Offensive Reductions Treaty (SORT) At a Glance. http://www.armscontrol.org/factsheets/sort-glance, diakses pada 5 Mei 2012.
[11] Maiwa News.2011. AS – Rusia Ratifikasi Perjanjian Nuklir New START. http://berita.maiwanews.com/as-rusia-ratifikasi-perjanjian-nuklir-new-start-16866.html, diakses pada 5 Mei 2012.
[12] Maiwa News. 2011. New START: Perjanjian Nuklir AS-Rusia Berlaku 10 Tahun. 

1 komentar:

  1. Aslamalikum warahmatullahi wabarakatu

    ini kisah nyata saya . . . .

    perkenalkan nama saya ibu anisa saya berasal dari kota yogyakarta saya bekerja sebagai seorang karyawan di salah satu perusaan Yogyakarta.dimana saya sudah hamper kurang lebih tiga tahun lamanya saya bekerja di perusaan itu.

    Keinginan saya dan impian saya yang paling tinggi adalah ingin mempunyai sebuah kendaraan roda empat atau sebuah mobil pribadi sendiri,namun jika hanya mengandalkan gaji yah mungkin butuh waktu yang sangat lama dimana belum biaya kontrakan dan utan yang menumpuk justru akan semakin sulit dan semakin lama impian itu tidak akan terwujud

    saya coba" buka internet dan saya lihat postingan orang yg sukses di bantu oleh seorang aki dari sana saya coba menghubungi aki awalnya saya sms terus saya di suruh telpon balik disitulah awal kesuksesan saya.jika anda ingin mendapat jalan yang mudah untuk membayar hutang lewat sebuah jalan pesugihan putih lewat bantuan seseorang dari gunung kidul dan akhirnya saya pun mencoba menghubungi beliyau dengan maksut yang sama untuk impian saya dan membayar hutang hutang saya.puji syukur kepada tuhan yang maha esa melalui bantuan aki romo dukun super natural dari gunung kidul membantu saya lewat dana gaib langsung masuk rekening saya 1 milyar

    Saya mau mengucapkan banyak terimah kasih kepada ki romo atas bantuannya untuk mencapai impian saya sekarang ini dan sya sudah punya kendaraan beroda 4 yaitu hrv

    Dan jika anda ingin bantuan seorang dukun super natural untuk mendapatkan dana gaib yang di jamin sukses silahkan anda hubungi ki romo di nomor telepon 085-218-653-567 terimah kasih atas bantuannya

    BalasHapus

Mengenai Saya

Foto saya
International Relations University of Brawijaya Malang

Blogroll