Rabu, 07 Maret 2012


 Critical review : The End Of History by Francois Fukuyama

Summary:
            Sejak berakhirnya perang dingin, dimana ideology liberal memenangkan perang ini. Sementara lawannya ideology sosialis komunis kalah. Kapitalis Barat dan demokrasi liberal telah mengatasi empat tantangan utama dominasi mereka di abad 20 yaitu absolutisme , bolshevisme , fasisme , dan komunisme . Fukuyama menggunakan frase "akhir sejarah" untuk menggambarkan akhir manusia "evolusi ideologis," yaitu, pencarian untuk pemerintah yang optimal dan sistem ekonomi. Dia berpendapat bahwa demokrasi liberal Barat pada akhirnya akan diterima di sebagian besar negara di dunia. Pada artikelnya "liberal" mengacu bukan egalitarianisme, environmentalisme, dan sosial progresivisme istilah ini dikenal di Amerika Serikat, tetapi untuk merasakan sebagai "berkaitan dengan kabebasan“. Bahkan, negara yang dulunya memakai paham ideology komunis pada akhirnya terpecah – pecah dan akhirnya berganti menjadi ideology liberal. Kita bisa melihat televise berwarna dengan siaran luar negeri menghiasi pertelevisian, restoran dan toko pakaian berlabel barat terpapar, music Beethoven masuk ke negara Jepang dan music rock masuk ke wilayah Praha, Rangon dan Teheran. Mereka semua dalah negara – negara bekas rezim komunis. Jadi pada akhir perang dingin bukas seperti akhir perang tetapi menjadi titik akhir evolusi ideology manusia dan sebagai titik akhir dari sejarah yang menghasilkan ideology universal yaitu demokrasi liberal barat sebagai bentuk pemerintahan dunia. Tapi ini berlawanan dengan propaganda karl Marxis dimana bahwa arah sejarah sebenarnya ditentukan oleh kekuatan pembangunan dan akan berakhir hanya dengan KOMUNIS.

            Hegel mengatakan bahwa sebenarnya manusia adalah produk dari sebuah sejarah. Sejarah akan mencapai titik puncak saat dimana bentuk akhir rasional dari masyarakat dan negara menjadi sebuah kemenangan. Tapi ini adalah sebuah titik balik kegagalan Hegel dalam mengintrepertasikan konsep Marx. Lalu ada        Alexandre Kojève seorang imigran dari Rusia, yang berpendapat bahwa kemajuan sejarah harus menuju ke arah pembentukan negara yang universal dan homogen.Menurut Kojeve sendiri, kemungkinan terbesar akhir sejarah adalah menggabungkan elemen demokrasi liberal atau sosial, tetapi Kojeve memberi penekanan pada karakter pasca-politik sebagai penyebab keadaan tersebut. Tetapi tentu saja ada resiko, kalau dibuat perbandingan seperti itu tidak akan memadai, dan hanya akan mereduksi setiap kemenangan dari pihak kapitalisme saja. Kojeve berusaha untuk menghidupkan kembali pemikiran Hegel yang mengklaim bahwa sejarah berakhir pada tahun 1806 saat Napoleon kalah dalam pertempuran di Rusia. Karena dalam kekalahan Napoleon tersebut berhasil mengaktualisasikan prinsip revolusi Prancis. Akan tetapoi masih ada masalah seperti perdagangan manusia dan penghapusan  perbudakan dan penghapusan ras minoritas yang memaksa rakyat Eropa ingin menetapkan liberal untuk memberikan system hukum universal untuk kebebasan.
            Keberhasilan ekonomi dari negara industry maju baru menjadi dasar bahwa liberalisasi bukan hanya menyengkut politik tetapi juga dalam bentuk ekonomi. Contohnya adalah Korea Selatan yang terus melesat karena melepas isolasinya, Jepang maju sebagai negara industry kuat karena membebaskan dirinya dari rezim militer decade lalu bahkan Burma yang terkenal dengan komunisnya mendadak menjadi mengeluk- ngelukan ideology komunisnya. Tetapi China sulit untuk dikatakan sebagai negara yang memakai system liberal karena dengan memakai revolusi politik sebagai pijakan ekonomi baru memantapkan China sebagai negara yang ditakuti barat sekaligus mencegah keruntuhannya seperti negara bekas rezim sosialis lainnya. Sementara Rusia yang menjadi pusat Marx telah menyatakan bahwa tetap akan menggunakan prinsip – prinsip lenin dan sedikit bumbu liberal. Inti dari demokrasi yang dirujuk pada Lenin yang benar – benar kaku dan jauh dari prinsip demokrasi.
Dalam esai ini bahwa kapitalis berhasil menjadi suatu keberhasilan ekonomi di dunia. Misalnya, Protestan Eropa menemukan keberhasilan dengan teori ekonomi karena etos kerja mereka, sementara umat Katolik di selatan tidak karena preferensi mereka hanya tidak memiliki etos kerja.  Fukuyama menyimpulkan bahwa "akar perilaku ekonomi terletak dalam wilayah kesadaran dan budaya" daripada hal-hal material seperti produksi atau upah tenaga kerja.. Dia hampir mengkontradiksi dirinya sendiri ketika ia mengatakan bahwa sosialisme di Uni Soviet gagal karena keunggulan produktivitas liberalisme Barat, tetapi sosialisme Soviet ditinggalkan karena tidak menghasilkan system produktivitas. Akhirnya, ia mengatakan bahwa bukan ekonomi pasar bebas dan kebebasan dalam pemerintahan, melainkan ideologi sebelumnya yang mendukung kedua ideologi berakar dalam masyarakat sebelum keduanya muncul.
Lalu ada hal yang mengancam ideology liberalism yaitu kekuatan agama baru dan nasionalisme. Kemunculan agama baru seoerti Kristen, islam dan yahudi. Konflik antara kusen negara dalam sejarah, dan antar negara-negara dan orang-orang pada akhir sejarah, masih akan mungkin. Masih tingginya etika dan kekerasan nasionalis, karena mereka tidak sempurna dimainkan, bahkan di bagian-bagian dari pasca sejarah dunia seperti perang antara Palestina dan Kurdi, Sikh dan Tamil, Katolik Irlandia dan Walloon, , Armenia dan Azeri, akan terus memiliki keluhan yang belum terselesaikan mereka.menyiratkan bahwa terorisme dan perang pembebasan nasional akan terus menjadi agenda pada agenda internasional.
Ada 3 hal utama. Pertama, bentrokan antara dua sistem politik yang bersaing jika dilihat dari kacamata sejarah adalah pengertian perang . Maka sebagai negara yang lebih mengadopsi bentuk pemerintahan demokrasi liberal, perang antara mereka seharusnya tidak akan terjadi lagikarena sudah ada satu ideology. Kedua, Sejak awal abad 19, telah ada langkah dari Amerika untuk mengadopsi beberapa bentuk demokrasi liberal sebagai pemerintahannya, yang didefinisikan sebagai sebuah pemerintahan di mana hak-hak individu, seperti hak untuk kebebasan berbicara, lebih unggul daripada hak-hak negara. Ketiga, adalah: Bahwa demokrasi menghalangi perilaku berisiko. Pencerahan berpikir rasional menunjukkan bahwa peran tuan dan budak ternyata tidak memuaskan dan merusak diri. Oleh karenanya karenanya tidak diadopsi oleh roh-roh leluhur menurut Hegel. Implikasi akhir sejarah bagi hubungan internasional adalah sebagian besar negara dunia ketiga masih terperosok dalam sejarah dan akan menjadi konflik dalam tahun mendatang. Untuk mengetahui konflik harus melihat system apakah bipolar atau miltipolar daripada karakter rezim dan negara tersebut.


COMPARISON and ARGUMENT :
Disini ada pernyataan bahwa setelah ideology satu yaitu demokrasi pasca perang dingin tidak akan ada perang lagi karena sudah ada kesatuan ideology antara negara di dunia ini. Fukuyama menyatakan dengan materialisme dan ekonomi, hubungan internasional juga hasil dari ideologi yang terbentuk sebelumnya. Ekspansionisme terinspirasi Nasionalis sama dengan yang terlihat di Eropa abad kesembilan belas adalah apa yang seharusnya kita harapkan dari "de-ideologized" negara. Tapi kenyataan bahwa mereka percaya imperialisme mendiskualifikasi mereka dari yang dianggap benar-benar liberal, dan Fukuyama berpendapat itu adalah berbagai bentuk ideologi yang mereka gunakan untuk membenarkan imperialisme mereka. Sejak kekalahan fasisme dalam Perang Dunia II ekspansionisme semua telah dilakukan dalam pendirian pertahanan terhadap orang lain dengan ideologi ekspansionis terang-terangan. Setelah liberalisasi pasar dan ekonomi, ekspansionisme menghilang. Komunisme kehilangan kekuasaan sebagai sebuah ideologi yang diagungkan, dan pasar umum tanpa alternatif signifikan akan terus tumbuh dan konflik ideologis skala besar akan memudar. Tetapi Fukuyama menunjukkan konflik yang akan melanjutkan pada tingkat yang lain. Daerah-daerah yang belum mencapai akhir sejarah akan terus berada dalam konflik. Konflik Nasionalis dan konflik etnis tidak bermain sendiri dan Fukuyama memprediksi konflik – konflik tersebut akan meninkatkan terorisme. Seperti yang kita pindah ke konflik ekonomi dan isu-isu lingkungan bukan konflik yang kuat seperti sebelum perang dingin. Bahwa akhir konfrontasi ideologi antara demokrasi liberal dan komunisme akan melihat konflik di masa depan terjadi di sepanjang perbatasan antara peradaban pada tingkat mikro. Pada tingkat makro Samuel Huntington memprediksi konflik yang terjadi antara negara-negara dari peradaban yang berbeda untuk mengendalikan lembaga-lembaga internasional dan untuk kekuatan ekonomi dan militer (Huntington 1993:29). Menurutnya campuran konflik ini seperti biasa dengan menegaskan bahwa negara-bangsa adalah fenomena baru dalam dunia yang didominasi untuk sebagian besar sejarahnya oleh konflik antara peradaban. Ini adalah pernyataan meragukan sebagai antar-peradaban konflik terutama didorong oleh faktor geo-politik daripada perbedaan budaya adalah sama jika tidak lebih cara persuasif untuk melihat banyak sejarah[1]. Menurut saya umumnya antar negara masih berkonflik karena kepentingan nasional selalu menjadi kekuatan yang lebih kuat dari ideologis.
Komunis telah tergantikan oleh satu ideologi yaitu liberal dalam hal ini seperti Keruntuhan di negara bekas sosialis juga berimplikasi pada system organisasi internasional yang menaungi antara kedua ideology ini. Pernyataan negara Hungaria yang dulunya adalah negara komunis bahwa “kiti tidak hanya melawan segala system politik dan ekonomi komunis tetapi segala hal yang berkaitan dengan komunis”[2].Dalam contohnya negara barat dengan paham ideology liberal mulai mengekspansi ekonomi dengan GATT dan IMF. Sedangkan hal kontras bagi negara Eropa timur yang kalah justru berantakan organisasinya seperti Pakta Warsawa dan CMEA ( Council for Mutual Economic Asistance)[3]. Disini dapat kita lihat bahwa perubahan ideology membawa pengaruh hingga struktur politik, tetapi ekonomi dan social. Contoh ekonomi adalah sejak berakhirnya perang dingin banyak kerjasama antar negara dibangun mulai tingkat bilateral, regional dan multilateral. Dari segi social dimana masyarakat dunia lebih terbuka dalam mengungkapkan kebebasannya dan budaya konsumsinisme.
Asumsi dari Fukuyama adalah bahwa perang antara dua negara dengan prinsip sama yaitu demokrasi dan demokrasi, dan karena sifat demokrasi liberal (yaitu, bahwa hak-hak individu dinilai lebih tinggi daripada hak-hak negara), tidak akan pernah ada. Menurut saya, teori dari Fukuyama ini benar – benar terbukti untuk saat ini. Hal ini terbukti kasus sampai sekarang.Bukti empiris Lain terutama meliputi penghapusan perang antar-negara di Amerika Selatan, Asia Tenggara, dan Eropa Timur di antara negara-negara yang pindah dari kediktatoran militer ke demokrasi liberal. Perang yang terjadi karena adanya perbedaan ideology seperti konflik Timur tengah dan bukan berasal dari dua negara yang sama – sama besar.
Saya berpendapat bahwa demokrasi liberal dapat mengurangi kekerasan sistematis baik eksternal maupun internal. Hal ini tampaknya kompatibel dengan teori Fukuyama, tapi samasekali tidak kompatibel dengan konflik kelas ala Marx, yakni berakhirnya Perang Dingin dan meningkatan berikutnya dalam jumlah negara-negara demokrasi liberal yang disertai dengan penurunan perang total secara dramatis dan tiba-tiba, perang antar negara, perang etnis, perang revolusioner, dan jumlah pengungsi maupun orang-orang yang terlantar. Fukuyama menggunakan frase "akhir sejarah" untuk menggambarkan akhir manusia "evolusi ideologis," yaitu, pencarian untuk pemerintah yang optimal dan sistem ekonomi. Dia berpendapat bahwa demokrasi liberal Barat pada akhirnya akan diterima di sebagian besar negara di dunia. Padahal menurut Huntington, masyarakat yang berpikir bahwa akhir sejarah telah berakhir berarti masyarakat tersebut berada di bawah ambang keruntuhan[4]. Menurut saya landasan Huntington ini karena pada prinsipnya sejarah tidak akan pernah berakhir kecuali seluruh manusia di dunia ini mati alias kiamat. Karena menurut saya ideology liberal berarti lanjutan dari sejarah sebelumnya bukan berakhirnya sejarah. Sama seperti pada pernyataan terakhir Fukuyama bahwa sejarah akhirnya dimulai kembali. Sehingga ideology komunis adalah bagian dari masa lalu dan masa sekarang adalah liberal demokrasi, sedangkan masa depen kita tidak tahu apa karena bisa saja bahwa teori marxis – lenin dapat muncul kembali atau sebenarnya hanya kemunduran yang bersifat ‘sementara’

Conclusion:
Kesimpulan dari critical review diatas adalah akhir dari perang dingin adalah ideology demokrasi liberal. Secara kasat mata saya menyetujui ideology demokrasi liberal karena dapat mewujudkan keinginan manusia yaitu upaya pemenuhan pangan, sandang dan papan. Perang yang melibatkan dua ideology yang sama antara dua negara besar belum terjadi hingga saat ini sekaligus membuktikan pernyataan Fukuyama. Sebagai ideology tunggal yaitu demokrasi liberal yang berasal dari pengaruh AS membuat AS menjadi negara polar tanpa saingan seperti pada masa perang dingin dahulu.








[1] Huntington, Samuel P, 1993. The Clash of Civilations, Simon and Schuster, New York.
[2] Jervis, Robert and Seweryin bialler, 1991. Soviet American Relation After Cold War, Duke University Press, Durham,pp162.
[3] Keohane, Robert Owen and Joseph S Nye, 1993. After Cold War : International Institusions and State Strategies in Europe,1989-1991.Harvard University Press, Cambridge. pp.3
[4] Samuel Huntington,OpCit,pp.29.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mengenai Saya

Foto saya
International Relations University of Brawijaya Malang

Blogroll