Sabtu, 29 Desember 2012

Hubungan Luar Negeri Jepang Pasca PD II

I.                   Hubungan Luar Negeri Jepang Pasca PD II
Pada tahun 1950-an atau lebih tepatnya sat doktrin Yoshida dibuat, hubungan Jepang dengan negara – negara di Asia Timur terutama dengan China dan Taiwan memiliki intesitas hubungan dalam jumlah yang lebih kecil daripada saat perang dunia II. Terutama dalam hubungan bisnis yang menghasilkan keuntungan  dalam bantuan luar negeri China terhadap pemulihan perekonomian Jepang. Bagaimanapun Jepang pada saat itu sama – sama memiliki hubungan dengan AS dan China. Jepang mengikuti Inggris untuk mengakui China. Dalam hal ini kaitannya dengan tekanan AS untuk mengharuskan mengakui Taiwan. Jepang diharuskan untuk mengikuti AS karena potensi pasar AS terbuka lebar untuk memulihkan perekonomiannya sehingga jika berhubungan dengan AS otomatis hubungan perdagangan dengan CHIna sedikit berkurang.
      Hubungan Jepang dengan Rusia sedikit memburuk karena sengketa pulai di utara Hokkaido yaitu Pulau Kuril dan Sakhalin yang sama – sama diklaim oleh Uni Soviet. dan China. AS membantu Jepang dengan adanya Perjanjian Perdamaian San Fransisco pasal 2 C [1]Japan renounces all right…to the Kuril Islands, and to that portion of Sakhalin and the islands adjacent to it over which Japan acquired sovereignty as a consequence of the Treaty of Portsmouth of September 5, 1905”.
      Saat ini hubungan Jepang justru tidak begitu baik dengan negara tetangganya. Jepang berkonflik dengan Korea Utara karena isu peluncuran nuklir dari Korea Utara. Sedangkan dengan China dan Taiwan karena berebut Pulau Senkaku. Padahal kedua negara ini letaknya berdekatan. Khususnya dengan China, jepang juga memperebutkan Pulau Okonothorisma. Isu terkait perebutan ini karena adanya sumberdaya alam dan cadangan minyak di pulau tersebut. Korea selatan juga masuk dalam daftar negara yang bersengketa denagn Jepang karena sama – sama mengklaim kepemilikan Liankourt Rocks. Hal ini, menurut kelompok kami menyebabkan posisi geopoliti Jepang sebenarnya diapit oleh musuh – musuh dari negara tetangganya sendiri yang bisa mengancam Jepang suatu saat nanti karena tidak harmonisnya hubungan antar negara tetangga tersebut.
      Oleh karena itu, Jepang justru memperluas hubungan baik bilateral dan multilateral dengan negar dari kawasan lain. melalui Koizumi dan Fukuda Doctrine dengan negara – negara di Asia Tenggara. Jepang juga menjadi anggota ASEAN plus three. Lalu menjalin hubungan baik dengan negara di kawasan Pasifik sehingga terlibat dalam APEC. Bergabung dengan negara – negara kawasan Eropa melalui G8. Jepang juga aktif dalam memberikan bantuan internasional pada negara berkembang khususnya. Bantuan luar negeri Jepang menyumbang sekitar 0,19 % dari GDP nya.


[1] Jonathan Sharp, The Yoshida Doctrine and Japan`s Foreign Policy in the 1950s (East Asian Affairs, 2010)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mengenai Saya

Foto saya
International Relations University of Brawijaya Malang

Blogroll