I.
FRAMING PEMBERITAAN CNN MENGENAI LEDAKAN NUKLIR
FUKUSHIMA
Pada
tanggal 11 Maret 2011 terjadi ledakan nuklir di Utara Jepang tepatnya di bagian
Fukushima. Peristiwa ini berdampak pada munculnya zat radioaktif yang berbahaya
bagi kehidupan manusia. Hal ini sebagaimana yang diberitakan dalam CNN sebagai
berikut :
- CNN online pada tanggal 19 Juli 2011 dengan Judul “Japan bans beef shipment from Fukushima”
“Workers
at Japan's Fukushima Daiichi nuclear facility have discovered a leak of 45
metric tons of radioactive water, operator Tokyo Electric Power Company said in
a statement Monday.”
- CNN online pada tanggal 7 Desember 2011 dengan Judul “Radioactive cesium found in Japanese baby formula”
“Tokyo
(CNN) -- Radioactive cesium has been found in baby formula in Japan following
the nuclear crisis at the Fukushima Daiichi plant, the manufacturer of the
product has said.”
- CNN online pada tanggal 22 Februari, 2012 dengan Judul “Radiation levels higher but safe off Fukushima Daiichi, scientists say”
“(CNN) -- Fish and plankton collected from the Pacific Ocean near the
Fukushima Daiichi nuclear power plant contain elevated levels of radioactive
materials, but below levels that pose a threat to public health, researchers
reported Tuesday.”
Dari
beberapa pemberitaan yang diberitakan oleh CNN tersebut berpengaruh pada
dibuatnya kebijakan pelarangan impor makanan dari Jepang oleh kurang lebih 44
negara seperti Filipina, Hongkong, Korea Selatan, Australia, Thailand, India,
Amerika Serikat, Singapura, Uni Emirat Arab, China dan lain-lain. Dalam hal ini
penulis memfokuskan untuk membahas kebijakan pelarangan impor makanan Jepang
oleh negara Filipina.
II. EVIDENCE:
Adapun bukti-bukti yang
menunjukkan bahwa kebijakan Pemerintah Filipina tersebut dipengaruhi oleh CNN
adalah sebagai berikut :
1. Departemen
Pertanian (Departemen of Agriculture)
Filipina mengeluarkan kebijakan pelarangan impor pada bulan April 2011
sebagaimana yang dilakukan oleh 43 negara lainnya setelah adanya pemberitaan
media-media global terkait dengan zat radioaktif yang ditemukan dalam
produk-produk makanan Jepang seperti seafood,
sayur dan susu.
2. Filipina
mengeluarkan memorandum order pertama
pada tanggal 18 April yang diberi judul “Temporary
Suspension of Importation of Plants, Planting Materials, and Plant Products
from Radiation-affected areas of Japan and Monitoring and Testing of same
Products Imported from Other Areas in Japan for Radiation Levels” pasca
pemberitaan media global mengenai ledakan nuklir di Fukushima.
3. Filipina
kembali mengeluarkan memorandum order
tanggal 23 Juni 2011 yang isinya adalah pelarangan untuk impor makanan dari
Jepang sebagai hasil dari peristiwa ledakan besar di nuklir Fukushima. Pelarangan
tersebut bertujuan untuk melindungi publik dari penyakit-penyakit yang
disebabkan oleh pencemaran zat radioaktif .
4. Departemen
Pertanian Filipina di tahun 2011 telah mengeluarkan memorandum order sebanyak empat kali semenjak pemberitaan ledakan
nuklir di Fukushima oleh media global terkait pelarangan produk makanan di
Jepang.
5. Pemerintah
Filipina telah terprovokasi dengan pemberitaan media global sesuai dengan
tujuan dari CNN, dimana CNN melakukan framing
bahwa zat radioaktif Fukushima sangat berbahaya bagi makanan dan telah cukup
banyak jenis makanan Jepang yang teerinfeksi. Kepercayaan pemerintah Filipina
tersebut terlihat dari isi memorandum yang menekankan pada dua hal tersebut.
6. Pemerintah
Filipina menjadi concern akan isu
makanan setelah pemberitaan media global mengenai penemuan zat radioaktif di
makanan-makanan Jepang telah mem-booming dalam
pemberitaan internasional.
7. Pada
mulanya memorandum order Departemen
Pertanian Filipina yang dibuat pada bulan April 2011 hanya bersifat temporary. Namun, pemberitaan global
yang tetap eksis hingga beberapa setelahnya telah mengubah kebijakan pemerintah
Filipina. Hal ini terlihat ketika pemerintah Filipina memperpanjang memorandum order No.8 series 2011
mengenai pelarangan impor hingga pengeluaran memorandum order No.14 series 2011.
III.
KESIMPULAN-
Dapat dilihat
bagaimana CNN membentuk suatu framing yang
pada akhirnya mendorong audience,
baik masyarakat maupun negara-negara, untuk melakukan sesuatu (do something) terkait suatu peristiwa
yang terjadi. Melebihi itu, pemberitaan media global yang terus menerus dan
adanya booming terhadap peristiwa
tersebut dapat mengakibatkan dorongan bagi suatu negara untuk membentuk suatu
kebijakan luar negeri yang bersifat politik dan ekonomi sesuai dengan
kepentingan negara tersebut.
Sumber:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar