Retno Sawitri (0911240081)
–Diplomacy and Negotiation-
Banyak
sekali pendekatan teoritis antara diplomasi dan politik domestic. Ada yang
disebabkan oleh keadaan domestic dan megakibatkan efek internasional (wajah
kedua)atau disebabkan oleh internasional dan mengakibatkan efek pada domestic
(kebalikan wajah kedua) yang akan menggambarkan “keseimbangan sebagian”
analisis bagaimana politik domestic di beberapa Negara menjadi benang kusut
melalui negosiasi internasional. Intinya disini adalah kepentinagn
internasional dan kepentinagn domestic saling mempengaruhi satu sama lain. Kita
tidak bisa memisahkan salah satunya seakan tidak ada hubungan.
Birokratik
politik sekelompok dari politik luar negeri analisis yang memprakasai
perlawanan lain dalam masalah hubungan domestic – internasional. Lebih terkini,
kerja paling canggih dalam hal yang paling menentukan di domestic pada politik
luar negeri yang focus pada factor structural, terutama sekali pada “kekuatan
Negara”. Bagaimanapun pengidentifikasian mereka pada “kekuatan Negara” sebagai
variabel kunci kepentingan sekelompok orang. Ada yang menganut “ Negara
sentries” yang menunjukan model actor tunggal. Faktanya dalam semua isu penting
pasti ada “ pusat pengambilan keputusan” yang tidak setuju mengenai apa
kepentingan nasional dan tuntutan dalam konteks internasional.
Dalam
level internasional, grup domestic menuntut kepentingan mereka dengan menekan
Pemerintah untuk mengadopsi politik yang menguntungkan dan politikus melihat
kekuatan dari koalisi antara grup. Dalam level internasional, pemerintah
nasional memaksimalkan kemampuan mereka untuk menekan domestic, sementara
meminimalkan konsekuensi kerugian dari perkembangan luar negeri.
Negotiator menyatakan dua tahap
untuk mencapai persetujuan dua belah pihak yaitu :(1)tawar menawar antara
negotiator yang condong kea rah persetujuan sementara : disebut level 1;(2)
memisahkan diskusi tiap grup dari konstituen tentang apa yang harus
diratifikasi, ini level kedua.dari kedua ini kita bisa mendefinisikan sebagai
“win set. Singkatnya, penyimpangan penting : kemungkinan kesalahan ratifikasi
menyarankan bahwa analisis permainan teoritical seharusnya membedakan antara
voluntary defection dan involuntary defection. Voluntary defection mengingkari
rasional egois dalam kekosongan kontrak yang dilaksanakan contohnya dilemma
psioner. Involuntary defection merefleksikan tingkah lakunya dalam agen yang
tidak dapat menepati janji karena kesalahan ratifikasi. Prospek kerjasama
internasional dalam anarki , “self help” dunia biasanya mengatakan jadi miskin
karena tidak diduga, pembuat keputusan umumnya memiliki dorongan untuk curang.
Pembuat keputusan berpotensi melakukan kecurangan karena yang terpenting adalah
keinginannya tercapai.
Ada
tiga factor yang mempengaruhi win set: (1) ukuran kemenangan tergantung pada
distribusi kekuatan , kesukaan dan kemungkinan koalisi antara Konstituen Level
II;(2)Ukuran kemenangan tergantung pada institusi politik di level II;
(3)ukuran kemenangan tergantung pada strategi negotiator di level II. Memang
setiap ada perundingan yang menang selalu yang dapat suara banyak dan dukungan
banyak, hal ini berarti kekuatan memang mendominasi.
Berbicara
formal, permintaan analisis permainan teoritis pada isu struktur dan balas
dendam demi kemajuan. Kepala negotiator tidak memiliki pandangan politik
mandiri, tetapi bertingkah sebagai orang jujur atau agen yang bertingkah laku
dalam konstituennya. Motivasi mereka melakukan ini adalah: (1) mempertinggi
Level II dengan memperbesar sumber daya politiknya atau meminimalisir
kehilangan potensinya;(2) pergeseran keseimbangn kekuatan pada level II menuju
politik domestic bahwa dia lebih suka alas an exogenous;(3) untuk mengejar
konsep miliknya dari kepentingan national dalam konten international.
Kesimpulannya
adalah isu kontras antara kepentingan domestic adalah homogeny sesederhana
elang melawan merpati dan isu dimana kepentingan domestic lebih heterogen jadi
perpecahan domestic benar – benar mengganggu kerjasama internasional, perlunya
menggunakan win set untuk melakukan persetujuan antar negotiator, kepentingan
bercabang antara pemimpin nasional dan tingkah lakunya dalam bernegosiasi dan
terutama sekali,implikasi internasional menetapkan dirinya dalam politik
domestic, pentingnya membedakan antara sengaja dan pembelotan tidak sengaja
dari persetujuan internasional.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar