I.
Hubungan Luar Negeri Jepang Pasca PD II
Pada tahun 1950-an atau lebih tepatnya
sat doktrin Yoshida dibuat, hubungan Jepang dengan negara – negara di Asia
Timur terutama dengan China dan Taiwan memiliki intesitas hubungan dalam jumlah
yang lebih kecil daripada saat perang dunia II. Terutama dalam hubungan bisnis
yang menghasilkan keuntungan dalam
bantuan luar negeri China terhadap pemulihan perekonomian Jepang. Bagaimanapun
Jepang pada saat itu sama – sama memiliki hubungan dengan AS dan China. Jepang
mengikuti Inggris untuk mengakui China. Dalam hal ini kaitannya dengan tekanan
AS untuk mengharuskan mengakui Taiwan. Jepang diharuskan untuk mengikuti AS
karena potensi pasar AS terbuka lebar untuk memulihkan perekonomiannya sehingga
jika berhubungan dengan AS otomatis hubungan perdagangan dengan CHIna sedikit
berkurang.
Hubungan Jepang dengan Rusia sedikit
memburuk karena sengketa pulai di utara Hokkaido yaitu Pulau Kuril dan Sakhalin
yang sama – sama diklaim oleh Uni Soviet. dan China. AS membantu Jepang dengan
adanya Perjanjian Perdamaian San Fransisco pasal 2 C [1]“Japan
renounces all right…to the Kuril Islands, and to that portion of Sakhalin and
the islands adjacent to it over which Japan acquired sovereignty as a
consequence of the Treaty of Portsmouth of September 5,
1905”.
Saat ini hubungan Jepang justru tidak begitu
baik dengan negara tetangganya. Jepang berkonflik dengan Korea Utara karena isu
peluncuran nuklir dari Korea Utara. Sedangkan dengan China dan Taiwan karena
berebut Pulau Senkaku. Padahal kedua negara ini letaknya berdekatan. Khususnya
dengan China, jepang juga memperebutkan Pulau Okonothorisma. Isu terkait
perebutan ini karena adanya sumberdaya alam dan cadangan minyak di pulau
tersebut. Korea selatan juga masuk dalam daftar negara yang bersengketa denagn
Jepang karena sama – sama mengklaim kepemilikan Liankourt Rocks. Hal ini,
menurut kelompok kami menyebabkan posisi geopoliti Jepang sebenarnya diapit
oleh musuh – musuh dari negara tetangganya sendiri yang bisa mengancam Jepang
suatu saat nanti karena tidak harmonisnya hubungan antar negara tetangga tersebut.
Oleh karena itu, Jepang justru memperluas
hubungan baik bilateral dan multilateral dengan negar dari kawasan lain.
melalui Koizumi dan Fukuda Doctrine dengan negara – negara di Asia Tenggara.
Jepang juga menjadi anggota ASEAN plus three. Lalu menjalin hubungan baik
dengan negara di kawasan Pasifik sehingga terlibat dalam APEC. Bergabung dengan
negara – negara kawasan Eropa melalui G8. Jepang juga aktif dalam memberikan
bantuan internasional pada negara berkembang khususnya. Bantuan luar negeri Jepang
menyumbang sekitar 0,19 % dari GDP nya.
[1]
Jonathan Sharp, The Yoshida Doctrine and
Japan`s Foreign Policy in the 1950s (East Asian Affairs, 2010)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar